M.O.U
(Baca: Kejadian 17:1-27)
Pernakah Anda mendengar istilah M.O.U? MOU adalah singkatan dari Memorandum of Understanding, yang berarti suatu dokumen perjanjian diantara kedua belah pihak atau lebih untuk bekerjasama dalam kesepakatan yang diatur dengan pola-pola tertentu. Singkatnya, M.O.U adalah nota kesepakatan.
Perjanjian Abraham dengan Tuhan boleh dikatakan sebagai MOU purba. Jikalau dalam konteks sekarang, traktat kesepakatan yang ditanda tangani Tuhan dan Abraham meliputi 3 point: Tuhan memberikan keturunan dari anak kandung Abraham dan menjadi bangsa yang besar; Tuhan membuka relasi kepada Abraham dan keturunannya menjadi umat Allah; Tuhan memberikan wilayah teritorial Kanaan kepada Abraham dan keturunannya.
MOU Tuhan diikuti dengan syarat bagi Abraham dan keturunannya. Syarat ini adalah pola dan cara yang Tuhan tetapkan dalam rangka 3 point yang dijanjikan Tuhan. Syarat yang diberikan Abraham dan keturunannya adalah SUNAT. Sunat berarti dikeratnya kulit khatan laki-laki. Sunat adalah respon dari iman dan bukan sunatnya yang penting melainkan iman percayanya. Keterangan seperti dalam Kitab Roma 2:9; 4:10; Galatia 6:15 menunjukkan dengan jelas bahwa sunat adalah simbol percaya, menjadi manusia baru di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Hal apa yang menjadi relevansi kehidupan kita di saat ini dalam kaitan MOU Tuhan dengan Abraham? Ada dua hal yang kita dapat petik dari hal ini: Pertama adalah sunat hati. Janganlah kita diperbudak oleh keangkuhan hukum sunat. Seseorang disunat ataupun tidak disunat (Galatia 6:12) tidak berdosa. Sunat hati adalah masalah pertobatan dan iman percaya. Abraham tidak dibenarkan karena sunat, tetapi karena iman percayanya.
Sunat hati adalah perkara menjalani hidup di dalam Tuhan bukan menjalani ritual keagamaan. Sunat hati atau sunat lahiriah terjadi ketika kita percaya dan menerima penebusan Tuhan Yesus Kristus (Kolose 2:11-13). Sudahkan Anda disunat secara spiritual? Ini adalah syarat utama bila Anda ingin masuk dalam MOU Tuhan dengan Abraham.
Hal kedua yang menjadi relevansi MOU Tuhan dengan Abraham adalah mengikuti pola dan cara yang ditetapkan oleh Tuhan. Bila kita mengharapkan janji-janji Tuhan tetapi dengan cara dan waktu sendiri maka kita akan kecewa. Dapatkah Anda membayangkan: Abraham sekitar 70 tahunan masih belum punya anak padahal sudah dijanjikan ada anak puluhan tahun sebelumnya. Umur 99 tahun masih Tuhan ingatkan tentang janji tersebut dan baru umur 100 tahun akan punya anak. Pada saat itu Sara umur 90 tahun. Secara logika manusia ini mustahil. Waktu Tuhan bukan waktu manusia.
Iman adalah tetap mempercayai Tuhan meskipun rasanya tidak ingin percaya ketika melihat peluang yang ada. Pada saat pergumulan seperti inilah yang tertinggal dalam diri orang percaya adalah iman yang mempercayai dan mempercayakan hidup kepada Tuhan. Inilah saat di mana seseorang percaya masuk dalam perjalanan spiritual bersama dengan Tuhan-Nya. Maukah Anda tetap berjalan bersama dengan Allah meskipun tampaknya peluang di depan kecil adanya? Ini adalah syarat kedua bila Anda ingin merasakan MOU Tuhan. Mohon kiranya Tuhan memimpin hidup kita. Amin.
Source : jeffrysudirgo.blogspot.jp