Akhir dari Sebuah Penantian
(Baca: Kejadian 7:1-4)
Bagaimana ya rasanya menunggu sesuatu yang sangat kita nantikan? Semisal seorang anak menantikan mainan hadiah ulang tahun dari ayahnya; atau seorang remaja yang baru mendapat ranking satu dan menantikan hadiah motor dari orang tuanya; atau seorang pengusaha yang menantikan proyek milyaran rupiah. Ada berbagai macam perasaan; harapan dan keinginan.
Saya teringat ketika menantikan kelahiran anak pertama, Jonas. Waktu itu saya menemani istri yang dibawah ke Rumah Sakit Cathrina Booth untuk bersalin. Ketika istri masuk di ruang operasi dan menantikan detik-detik kelahiran, sungguh mencemaskan. Banyak pertanyaan timbul waktu itu: 'Bagaimana keadaan ibu dan bayi yang akan dilahirkan? Apakah semua berjalan lancar? Seperti apakah nanti anak ini?'
Meskipun saya berusaha tenang namun tidak dapat dipungkiri terlihat ekspresi perasaan cemas nan gelisah. Konon katanya sebagian orang yang menantikan anak kedua, ketiga, apalagi ke sepuluh sudah biasa-biasa saja perasaannya. Tibalah terdengar pintu dibuka dan seorang suster membawa bayi mungil dibungkus kain putih. Suster ini mengatakan, 'Pak Jeffry ini anaknya.' Perasaan gembira bercampur haru melihat Jonas yang lahir hari itu. Inilah akhir dari sebuah penantian kelahiran anak pertama.
Setiap orang bisa saja memiliki penantian yang bermacam-macam kadar harapan dan kerinduannya, tetapi hanya ada satu penantian akhir dari kehidupan: kedatangan hari Tuhan alias kiamat. Penantian yang satu ini sungguh misterius dan tidak dapat diprediksi secara rinci oleh semua orang.
Ketika nabi Nuh menantikan datangnya air bah, ia sudah membuat bahtera yang besar persis seperti yang Tuhan perintahkan. Bisa dibayangkan bahwa semua orang disekitarnya menertawakan dan menganggap aneh karena bahtera yang dibangun Nuh yang konon berada di atas gunung. Bisa dibayangkan pula Tuhan dan Nuh menanti dengan sabar sambil memberitakan keselamatan tetapi mereka berkeras hati dan terus menolak.
Ketika hari Tuhan tiba, Nuh mendapat kesempatan untuk masuk dalam bahtera keselamatan beserta dengan seisi keluarga dan pasangan-pasangan hewan. Akhir dari sebuah penantian tiba di jamannya. Peristiwa ini sudah berlangsung di masa lampau.
Hari ini kitapun menantikan hari Tuhan, bukan dalam dimensi air bah tetapi akhir dari jaman ini. Perlu kita ketahui bahwa hidup ini sementara dan ada akhirnya; demikian pula dengan jaman yang silih berganti tren akan tiba pada masa pemusnahan. Hari Tuhan adalah hari di mana Tuhan datang menyelamatkan semua manusia yang dibenarkan karena imannya kepada Yesus Kristus. Hari Tuhan sekaligus adalah waktu dimana Tuhan akan mengakhiri dunia dan isinya dengan kematian dan hukuman kekal. Suatu hari yang digambarkan kitab Wahyu sebagai hari kengerian dan penderitaan kekal.
Hendaknya kita semua sadar, bahwa keberadaan kita di dunia ini tidak perduli seberapa enaknya atau seberapa susahnya akan ada masanya berhenti di dunia. Akhir dari sebuah penantian hidup bukanlah kematian, tetapi kehidupan kekal.
Marilah selagi ada waktu, kita meneladani Nuh yang beriman kepada Tuhan di dalam ketaatan (I Petrus 3:20). Nuh dengan sabar terus memberitakan keselamatan dari Tuhan dan datangnya hari bencana. Seharusnya kita orang percaya juga demikian dengan tidak jenuh-jenuhnya terus memberitakan Injil kekuatan Allah yang menyelamatkan manusia.
Hari ini, seberapa jauh penantian kita akan datangnya surga? Jangan-jangan kita lebih menikmati hidup di dunia dengan segala fasilitasnya dan lupa kalau ada surga yang akan datang. Jangan-jangan kita merasa puas di dunia sehingga lupa akan perintah yang Tuhan Yesus berikan kepada kita untuk pergi menjadikan dunia murid Yesus (Matius 28:19-20).
Kiranya melalui renungan singkat dari kisah Nuh mengingatkan kita bahwa ada akhir dari sebuah penantian kehidupan, tidak perduli berapa lama dan tidak pastinya akan hidup ini. Tuhan terus bekerja hingga sekarang, marilah kita terus melayani hingga Tuhan datang. Amin.
Source : jeffrysudirgo.blogspot.jp
No comments:
Post a Comment