KALAU TUHAN MAHA TAHU, KENAPA KITA HARUS BERDOA?
(Baca: Kejadian 18:16-33)
Seorang bapak bercerita kepada saya tentang peristiwa ketika anaknya meninggal dunia. Dia begitu berduka dan sangat hancur hatinya menghadapi peristiwa ini. Kemudian datanglah seorang yang mengaku dari sebuah denominasi gereja, mendoakan dengan berapi-api dan sangat menyakini bahwa anak yang sudah meninggal ini akan hidup kembali. Pendoa ini mengklaim bahwa Tuhan pasti membangkitkan anak ini walaupun sudah meninggal. Doa yang penuh semangat itu berlalu, sudah bertahun-tahun berlalu dan anak ini tetap meninggal. Bapak ini mengatakan bukan tidak percaya mujizat, tetapi ada kalanya kita harus mengikuti apa yang menjadi kenyataan dan kehendak Tuhan. Dia merasa doa yang disampaikan orang ini kurang pas dan terlalu berani mengklaim kehendak Tuhan.
Beberapa masa yang lalu saya kerap menjumpai buku dan slogan yang kurang lebih bunyinya, 'Memburu Tuhan! (hunting God)' atau 'Mengubah Kehendak Tuhan!'. Semuanya seolah-olah mengatakan Tuhan bisa mengubah kehendak-Nya dan mengikuti apa yang menjadi kehendak kita. Benarkah hal ini? Apakah ini sesuai dengan ajaran Alkitab? Bagaimana dengan kisah seorang janda yang merengek terus menerus kepada hakim dan akhirnya dikabulkan (Lukas 18:1-8)?
Dari dua hal di atas, timbul pertanyaan: Apakah Tuhan itu tidak Maha Tahu sehingga kehendak-Nya bisa berubah-ubah? Kalau Tuhan Maha Tahu, apakah Tuhan tidak konsisten dengan keputusan-Nya? Kalau Tuhan Maha Tahu, untuk apakah kita harus berdoa lagi? Kan kehendak-Nya yang pasti jadi bukan kehendak kita.
Belajar dari doa Abraham kepada Tuhan, setidaknya ada beberapa hal yang perlu kita simak dari Kejadian 18:16-33. Percakapan antara Abraham dengan Tuhan dimulai dari inisiatif Tuhan yang menyampaikan apa yang menjadi isi hati dan rencana Tuhan atas keadaan kota yang terkenal jahatnya, Sodom. Pernyataan dan maksud Tuhan di ayat-ayat Alkitab seolah-olah mengindikasikan bahwa Tuhan itu tidak Maha Tahu dan oleh sebab itu memeriksa kembali kebenaran doa-doa yang dipanjatkan sehubungan dengan keluhan betapa kejamnya orang-orang Sodom. Kendati demikian bila kita kaji lebih lanjut di dalam beberapa terjemahan Alkitab maupun bahasa Ibrani Alkitab Perjanjian Lama, tampaklah beberapa penguraian yang lebih jelas.
Hal perrtama yang harus kita mengerti adalah: Tuhan Maha Tau. Maksud Tuhan menyampaikan maksud dan rencana-Nya adalah karena Tuhan mengasihi dan perduli dengan Abraham. Tuhan hendak berkomunikasi bukan meminta Abraham menjadi penasihat-Nya. Inilah konteks dari kejadian doa syafaat Abraham kepada Tuhan. Tuhan menghendaki adanya komunikasi dengan umat-Nya. Komunikasi bukan laporan atau hanya diisi dengan permintaan-permintaan orang percaya. Komunikasi lebih kepada saling mengenal isi hati ketika bertukar informasi.
Hari ini banyak orang berdoa, tetapi jauh di dalam motivasi hatinya hanya meminta, memerintah (baca:mengklaim), bahkan memaksa Tuhan mengubah haluan sesuai dengan kehendak pribadinya. Padahal komunikasi ditujukkan supaya kita mengerti isi hati Tuhan. Komunikasi Tuhan dengan kita lewat Alkitab dan perenungan Firman Tuhan salah satunya adalah untuk menyatakan dan memperjelas isi hati Tuhan. Abraham mengerti isi hati Tuhan adalah: membenci dosa dan memberi kesempatan manusia bertobat sampai pada waktu yang ditentukan.
Tuhan menyatakan jalan pikiran-Nya (Kejadian 18:20-21) bukan karena Tuhan bingung atau tidak Maha Tahu sehingga harus turun memeriksa kebenaran doa orang-orang percaya. Kata yang dipakai,' Aku hendak mengetahui.' (ayat 21) memiliki pengertian mengetahui untuk membedakan. Frasa ini bukan bermaksud menyatakan Tuhan tidak tahu dan hendak mencari tahu. Frasa ini justru menegaskan dalam konteksnya, Tuhan Maha Tahu dan menyatakan rencana-Nya kepada Abraham dalam bahasa manusia yang sederhana. Tuhan tahu membedakan keselamatan orang benar dan salah, Tuhan tidak sembarangan mendatangkan musibah dan malapetaka (lihat ayat 32). Setiap kejadian yang tidak baik yang bahkan kita tidak mengerti alasannya, ada maksud dan jalan Tuhan yang bijaksana. Tidak semua orang bisa mengertinya, Abraham adalah sedikit orang yang mendapat anugerah mengerti kehendak dan rencana Tuhan.
Sedikit menyinggung peristiwa Lukas 18:1-8 dalam konteksnya adalah agar orang-orang percaya rajin berdoa, yakni dekat dengan Tuhan lewat komunikasi kepada-Nya. Lukas 18:1-8 bukan dimaksudkan Tuhan itu seperti hakim yang jahat. Ayat-ayat ini bukan juga dimaksudkan Tuhan bisa berbuat adil dan tidak adil bergantung dengan kengototan/kegetolan doa kita, tetapi lebih pada ajakan Tuhan Yesus agar kita berdoa dengan tidak jemu-jemu. Sumber kekuatan sejati manusia terletak dalam persekutuan dengan Tuhan.
Apakah kita masih perlu berdoa walaupun Tuhan sudah tahu bahkan tidak mengubah kehendak Tuhan? Jawabannya ialah: Iya..! Tuhan menghendaki kita berdoa terus menerus (Lukas 18:7-8; Roma 8:26; 12:12; Filipi 4:6; I Tesalonika 5:17; Yakobus 4:3; 5:16; dst). Berdoa dengan cara yang benar dan tujuan yang benar. Doa menjadi komunikasi untuk menyatu dengan kehendak Bapa. Doa bukan mengklaim kehendak kita, tetapi kehendak Tuhan. Doa bukan mengubah hati dan kebijaksanaan Tuhan, tetapi mengubah hati dan perbuatan kita agar sesuai dengan rencana Tuhan. Yuk, kita ambil waktu berdoa sekarang. Amin.
Source : jeffrysudirgo.blogspot.jp
No comments:
Post a Comment